Naskah Tambo Silungkang Pengantar dan Transliterasi

Secara isi teks tambo diawali dengan sejarah negeri Silungkang, sehingga tambo ini disebut dengan Tambo Silungkang. Tambo ini tidak memiliki nama penulis atau penyalin (anonimus) dan juga tidak memiliki tahun penulisan atau penyalinan. Berdasarkan kertas yang digunakan yakni kertas Eropa dan kelaziman penulisan atau penyalinan tambo, maka diasumsikan bahwa tambo ini itulis pada paruh abad ke-19. Berbicara mengenai daerah Silungkang, maka kita tidak diingatkan kembali terhadap peristiwa penting yang terjadi pada awal abad ke-20 yakni pemberontakan yang terjadi pada tahun akhir Desember 1926 dan awal 1927, (Marzali, 2020) dan (Zed, 2004). Selain itu, negeri Silungkang juga memiliki beberapa ulama terkenal atau terkemuka pada masanya, salah satunya ialah Syekh Muhammad Saleh Silungkang atau yang dikenal dengan Syekh Muhammad Saleh Barau/Tibarau. Beberapa orang mengenal Syekh Muhammad Saleh adalah mursyid tarekat Naqsyabandiyah dan beberapa menyebut bahwa ia adalah mursyid tarekat Syatariyah. Sayangnya, jejak-jejak keulaman Syekh Muhammad Saleh hanya berupa makamnya yang terletak di sebelah mesjid raya Silungkang. Namun, ditemukan ada beberapa manuskrip yang dipegang oleh perseorangan di Aceh, dalam manuskrip itu tertulis bahwa manuskrip tersebut adalah milik Syekh Muhammad Saleh Silungkang. Hal ini menandakan bahwa manuskrip warisan Syekh Muhammad Saleh telah menyeberang ke negeri Aceh oleh pencari komersil.