“Tetapi apa yang kita ‘cutat’ dariKalam Allah dan Sunnah Rasul itu? Bukan apinya, bukan nyalanya, bukan flame-nya, tetapiabunya, debunya, asbesnya.” (Ir. Soekarno) “Umat Islam terlalu menganggap fiqh itu satu-satunya tiang keagamaan. Kita lupa, atau kita tidak mau tahu, bahwa tiang keagamaan ialah terutama sekali terletak di dalam ketundukan kita punya jiwa kepada Allah. Kita lupa bahwa fiqh itu, walaupunsudahkitasaringsemurni-murninya, belummencukupi semua kehendak agama Islam. Maka benarlahperkataan Halide EdibHanum, bahwa Islam di zaman akhir-akhir ini ‘bukan lagi pemimpin hidup, tetapi agama pokrol-bambu’. Janganlah kita kira diri kita sudah mukmin, tetapihendaklahkitainsyaf, bahwabanyak di kalangan kita yang Islamnyamasih Islam Sontoloyo!” (Ir. Soekarno) Sebuah buku besar warisan presiden pertama kita, yang sangat relevan, akan selalu relevan, dengan realitas dan pergumulan wacana keislaman kita hari ini.