Buku ini membahas secara kritis teori, pola, faktor yang memengaruhi, kesantunan, dan dinamika (kompleksitas) penggunaan tingkat tutur Bahasa Jawa. Buku ini ditulis berdasarkan hasil kajian lapangan dengan metode observasi, wawancara mendalam, dan kajian dokumen untuk mengumpulkan data sebagai bahan utama penulisan buku. Buku ini juga membahasa dengan kritis penggunaan tingkat tutur Bahasa Jawa yang dikaitkan dengan sistem kesantunan berbahasa, skala, status, jarak sosial para penuturnya. Buku ini juga menyajikan analisis kontrastif verba derivatif memperjelas perbedaan kelas sosial atas (priyayi) dan kelas sosial bawah (wong cilik). Nomina yang dapat diubah menjadi verba melalui proses afiksasi adalah nomina yang mengacu pada kelas bawah, sedangkan nomina yang tidak dapat diubah menjadi verba mengacu pada kelas atas. Dalam buku ini sebagai hasil kajian kritis menunjukkan tiga tipe kesantunan dan komunikasi tak setara menggunakan tingkat tutur ngoko dan krama memperlihatkan fenomena alih kode, campur kode, dan "silang kode". Disajikan pula dalam buku yang sangat kritis ini bahwa kesantunan Bahasa Jawa adalah "kontrak sosial", yaitu bentuk pengakuan adanya kelas atas (superior, priyayi) dan kelas bawah (inferior, wong cilik) yang diwujudkan dalam "kontrak komunikasi" menggunakan tingkat tutur yang sesuai dengan skala status dan skala keakraban para partisipan. Buku ini dengan kritis dan tajam menyajikan bahwa tingkat tutur merupakaj teori komunikasi masyarakat hierarkis yakni masyarakat yang mengenal stratifikasi sosial dan stratifikasi tuturan pada bahasa yang dimiliki dan digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Kajian dalam buku ini mengaplikasikan kerangka teori secara kritis dalam makna kerangka teori itu diadopsi, diadaptasi, di-reinterpretasi dengan mempertimbangkan karakteristik data kajian, dimodifikasi, yang hasil akhirnya melahirkan sebuah teori baru (novelty). Teori baru itu merupakan teori hasil modifikasi, rekontruksi, dan pengembangan dari teori lama