Saat penyesalan menghampiri, menengadahlah pada-Nya. Hanya saja, itu tak berlaku pada Giska. Dia malah berprasangka buruk terhadap-Nya. Dia semakin melakukan kemaksiatan. Dia merasa hidup yang direncanakannya berjalan baik tanpa-Nya. Namun, Tuhan punya cara untuk menyadarkan umat-Nya. Seperti juga yang terjadi pada Raga dan Aley. Rasa cinta tumbuh di antara keduanya, yang semestinya tak boleh ada. Akankah Giska bertobat agar Sang Pencipta memeluknya kembali sebagai umat-Nya? Mengapa cinta tak boleh ada di antara Raga dan Aley? Ayo, cari tahu kisah menarik mereka dalam buku kumpulan cerpen berjudul Jembatan Pensil ini.