Isu Sosial yang Berserak; Perspektif (Filsafat) Pendidikan IPS

Setiap hari isu sosial membanjiri kehidupan manusia, baik yang bersentuhan langsung atau berjarak dengannya. Akan tetapi respons terhadap isu-isu sosial seringkali menimbulkan blunder dan friksi lanjutan. Hal ini bukan hanya terjadi antarindividu atau antara individu dengan kelompok masyarakat yang lebih besar. Tidak jarang isu-isu sosial juga melibatkan perdebatan di dalam diri manusia itu sendiri. Kondisi tersebut dilatarbelakangi oleh hakikat manusia yang bersifat monopluralis, yakni sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan sekaligus sebagai individu yang otonom dan makhluk Tuhan. Oleh karenanya, mendudukkan permasalahan secara tepat dengan metode berpikir filsafati amat diperlukan agar kita tidak terjebak dalam sikap dan tindakan yang bersifat kontra produktif. Buku ini merupakan kumpulan tulisan sebagai respons terhadap berbagai isu yang berjejaring dalam tema besar Ilmu Pengetahuan Sosial. Isu yang dibahas berkaitan dengan norma politik, etnisitas, identitas nasional, integrasi sosial, ideologi, norma sosial bahkan isu-isu sosial yang dianggap tabu. Alasan utama menggunakan isu-isu sosial ini justru disebabkan oleh realita bahwa kita berhadapan dengannya. Pembelajaran close area dalam pendidikan IPS telah lama diterapkan dengan tujuan mewujudkan visi utama pendidikan IPS itu sendiri yakni melahirkan warga negara yang baik dengan kemampuannya berpikir kritis dan reflektif. Buku ini disertai contoh penerapan berpikir ala filsafat pendidikan IPS dengan menggunakan analogi sederhana. Selain itu, analisis filsafati yang terdiri dari aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis disajikan dalam bentuk tabel untuk mempermudah langkah-langkah analisis. Upaya ini diharapkan dapat membantu pembaca agar memperoleh model berpikir dalam menanggapi isu-isu sosial lain yang selalu berkembang seiring waktu dan seakan tidak ada habisnya. Secara idealis, buku ini berusaha memenuhi panggilan menjadi manusia yang utuh baik sebagai animal rasional, zoon politicon sekaligus mencapai keselarasan pada hakikat manusia yang monopluralis, serasi antara jiwa dan raga serta seimbang sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.