GAGASAN MAHASISWA UNTUK MENJAWAB JENDELA KESEMPATAN BONUS DEMOGRAFI

“Bonus demografi atau demographic dividen merupakan kondisi akibat perubahan komposisi penduduk menurut jens kelamin. Ada dua hal penting yang dapat digaris bawahi dari kondisi tersebut. Pertama, perubahan komposisi penduduk menurut uur hanya akan menghasilkan dividen jika mampu menurunkan angka ketergantungan. Angka ketergantungan hanya akan enurun jika penduduk usia produktif meningkat dan penduduk usia non produktif menurun. Penurunan jumlah penduduk usia produktif terjadi jika penduduk usia < 15 tahun menurun. Penurunan jumlah penduduk usia < 15 tahun merupakan akibat investasi yang dilakukan dalam program keluarga berencana. Inilah faktor kedua yang perlu dicatat, yaitu investasi. Investasi dalam program keluarga berencana tidak cukup, sebab dividen hanya akan diperoleh jika disertai dengan bentuk investasi yang lain, yaitu investasi modal manusia ( h u m a n c a pital in v estm e nt ) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia. Peningkatan kualitas manusia tersebut sangat diperlukan agar penduduk usia produktif benarbenar produktif dan memberikan sumbangan yang berarti bagi peningkatan “ saving rate ”. Jika saving rate ketika usia produktif tinggi maka dividen fase kedua juga dapat dinikmati, yaitu ketika mereka menjadi lansia tidak lagi menjadi beban negara, minimal dari sisi ekonomi. Dengan logika seperti yang telah dijelaskan tersebut, maka bonus demografi tidak secara otomatis dapat dinikmati, tetapi harus diusahakan dengan cara melakukan investasi. Jika investasi tidak dilakukan, maka yang terjadi adalah angka ketergantungan tidak pernah menurun, penduduk usia produktif tidak benar-benar produktif. Dampak berikutnya yang terjadi adalah disaster . Suatu wilayah akan berada dalam perangkap demografi ( demographic trap ) dan pada akhirnya akan menimbulkan persoalan ekonomi dan bahkan politik.”